Mengajar Praktikum Kimia secara Daring di Era Pandemi: Why not?
Tulisan ini saya refleksikan ke medio tahun 2020, tepatnya di sekitar bulan Juli. Bulan itu merupakan bulan dimana saya dan seorang teman saya tengah dinyatakan lulus dari jenjang pendidikan magister pada salah satu kampus favorit di Yogyakarta. Menyenangkan sih, tetapi rasanya selalu ada saja yang kurang. Kenapa? Karena kami menyelesaikan studi di tengah kondisi pandemi Covid-19, tentu tidak sama euforianya bila dibandingkan dengan teman-teman yang telah lulus sebelum pandemi. Tapi, kelulusan hanyalah seremonial belaka. Berbekal sedikit pengalaman dan ilmu yang sudah diperoleh dari jenjang magister ditambah kondisi sedang pandemi, tentu membuat otak sedikit berpikir lebih keras dalam menghadapi kenyataan di masa depan.
Sudah sewajarnya bagi kami lulusan baru dihinggapi dengan berbagai pertanyaan konvensional, mulai dari setelah lulus mau kerja dimana, rencana ke depan mau ngapain, dan tentu saja, pertanyaan kapan nikah. Pada tulisan ini, saya ingin fokus terhadap apa kira-kira rencana ke depannya. Situasi serba sulit di kala pandemi tentu saja membuat banyak instansi menutup lowongan pekerjaan bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja. Sisi lain, para fresh graduate tengah sibuk mencari lowongan pekerjaan. Kontra bukan? Tenang, masih banyak jalan menuju Roma.
Alhamdulillah, saya sedikit beruntung di akhir bulan Juli tahun itu. Sebuah pesan di aplikasi WhatsApp memberitahu saya bahwa kampus Universitas Islam Indonesia melalui Departemen Kimia tengah mengadakan rekrutmen asisten praktikum untuk semester ganjil 2020/2021. Sontak saya senang bukan main. Ibarat sedang berjalan di tengah padang pasir dan menemukan sumber air persis seperti cerita di film kartun. Informasi rekrutmen tersebut membutuhkan banyak calon asisten praktikum untuk membantu mengisi perkuliahan mata kuliah praktikum. Seingat saya, rekrutmen tersebut membutuhkan calon asisten untuk mengampu mata kuliah praktikum kimia dasar, kimia farmasi dasar, kimia analitik, kimia anorganik, kimia fisika, kimia organik, dan kimia instrumental. Setelah menimbang banyak hal, pada akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mendaftar sebagai calon asisten praktikum tersebut.
Pada rekrutmen tersebut, saya mencoba untuk mendaftar sebagai calon asisten praktikum kimia anorganik, analitik, instrumen, dan fisik. Pemilihan keempat mata kuliah praktikum tersebut sejujurnya didasari oleh banyaknya waktu luang saya setelah dinyatakan lulus sekaligus ingin belajar hal-hal baru di kampus tersebut. Sebagai informasi, kegiatan pembelajaran mata kuliah praktikum dilaksanakan sepenuhnya secara daring/dalam jaringan. Asisten diminta untuk membuat video simulasi praktikum sesungguhnya untuk dibagikan kepada para mahasiswa guna keperluan perkuliahan melalui Youtube. Alhamdulillah, setelah diterima sebagai asisten praktikum, saya diberikan kesempatan untuk beradaptasi di Laboratorium Terpadu UII sekaligus melakukan pengambilan video praktikum sesuai judul yang saya ampu.
Pembelajaran mata kuliah praktikum sepenuhnya dilaksanakan secara daring dengan berbantuan video simulasi praktikum yang dibuat oleh asisten dan diunggah melalui kanal Youtube. Saya berkesempatan mencoba melakukan beberapa judul praktikum, seperti titrasi kompleksometri sampel air untuk kimia analitik, penentuan bilangan Avogadro melalui elektrolisis untuk kimia fisik, analisis potensial oksidasi-reduksi senyawa parasetamol menggunakan voltameter siklik untuk kimia instrumen, dan penentuan komposisi ion kompleks besi-salisilat pada kimia anorganik. Petualangan mengajar saya dimulai dengan melakukan simulasi dari masing-masing judul percobaan tersebut, dilanjutkan pengambilan video sesuai keadaan praktikum sebenarnya, kemudian tahap editing video, dan terakhir pengunggahan video ke Youtube. Alhamdulillah, satu per satu kegiatan tersebut telah berhasil saya lalui meskipun penuh dengan pengalaman baru yang tidak saya dapatkan sebelumnya.
Awal bulan September kegiatan perkuliahan praktikum dimulai. Sejujurnya saya ragu untuk bisa menyampaikan mata kuliah praktikum secara daring di depan layar laptop. Saya hanya berbekal sedikit pengetahuan menggunakan platform pembelajaran daring seperti Google Meet yang saya gunakan pada saat menempuh sidang ujian tesis. Sementara, kegiatan pembelajaran daring mata kuliah praktikum menggunakan media Zoom yang kebetulan saya juga masih asing dengan platform tersebut. Perbedaan fitur antara Google Meet dan Zoom tentu memberikan pengalaman tersendiri ketika mengajar guna menyampaikan materi praktikum. Sampai pada akhirnya, setelah 40 menit pertama, layar aplikasi Zoom yang saya gunakan tiba-tiba mati pertanda perkuliahan selesai. Saya bingung bukan kepalang rasanya. Saya merasa baru sampai setengah perjalanan dalam menjelaskan praktikum secara daring dan tiba-tiba saja layar Zoom menutup. Setelah saya cek melalui grup WhatsApp dengan mahasiswa praktikum, di situlah saya mengerti bahwa akun Zoom yang saya gunakan masih bersifat basic sehingga ketika pembelajaran daring telah melewati 40 menit, maka layar Zoom akan otomatis mati pertanda perkuliahan dipaksa selesai. Kurang up to date juga saya rupanya waktu itu hehehe…
Hal-hal di atas tentu tidak menyurutkan niat dan minat saya dalam mencoba menyampaikan materi praktikum kimia secara daring. Saya banyak belajar tentang bagaimana menggunakan aplikasi Zoom ditambah pula dengan Google Classroom. Platform yang masih asing juga, namun tetap saya coba untuk pelajari. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, saya bisa untuk mengoperasikan keduanya untuk membantu tugas saya sebagai asisten praktikum daring.
Saya mengawali pembelajaran praktikum kimia secara daring selayaknya praktikum pada pertemuan luring. Kegiatan praktikum daring saya awali dengan salam, mengucapkan doa sebelum belajar, melakukan presensi, dan menanyakan kabar masing-masing mahasiswa, apakah dalam keadaan sehat atau sebaliknya mengingat situasi sedang pandemi. Tidak lupa, saya sampaikan pula sedikit apersepsi dan manfaat terkait praktikum yang akan dipelajari pada hari itu. Kemudian, saya mencoba menjelaskan secara singkat mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari praktikum tersebut. Biasanya, mahasiswa menganggap pendahuluan tersebut sebagai dasar teori dilakukannya praktikum tersebut. Bagian alat, bahan, dan metode dijelaskan lebih detail agar mahasiswa mempunyai gambaran bagaimana praktikum dilakukan. Penjelasan tersebut saya dukung juga dengan menggunakan video praktikum yang telah diunggah sebelumnya di kanal Youtube agar mahasiswa semakin jelas dalam membayangkan praktikum tersebut. Pada bagian hasil dan pembahasan praktikum, saya mencoba menjelaskan melalui dua sisi, yakni secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif artinya hasil dan pembahasan praktikum dianalisa melalui sudut organoleptik, sementara secara kuantitatif lebih saya tekankan pada analisa perhitungan. Pada bagian akhir, saya tekankan kepada mahasiswa bahwa kesimpulan yang baik adalah kesimpulan yang bisa menjawab apa tujuan yang tertera pada buku modul praktikum. Jadi, saya meminta mahasiswa tetap sesuai rambu-rambu dalam praktikum.
Dalam mengajar mata kuliah praktikum secara daring, tentu saja saya tidak bertindak secara dominan. Saya memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk saling berdiskusi, bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti, meminta mahasiswa untuk berani mengutarakan pendapatnya, serta mengajak mahasiswa berpikir secara sistematis dan logis dalam memandang proses dan hasil praktikum. Namun, tidak sepenuhnya mahasiswa dapat aktif sesuai dengan apa yang saya angankan. Gangguan sinyal, cuaca buruk, diminta membantu orang tua, perangkat keras laptop kurang mendukung, mati listrik, dan kamera dinonaktifkan hingga suara tidak terdengar jelas seolah menjadi teman setia dalam pembelajaran daring. Tidak apa-apa, namanya juga sedang proses belajar.
Berdasarkan sepenggal cerita di atas, saya banyak mendapat pengalaman dan ilmu baru tentang bagaimana bisa mengajar secara daring dengan baik dan penuh persiapan. Keadaan yang serba sulit seolah memaksa kita untuk terus berinovasi dalam bidang apapun, termasuk dunia pendidikan. Semoga kita bisa belajar lebih banyak ilmu pengetahuan selama keadaan pandemi ini melalui platform apapun.
What's Your Reaction?