Andaikan…
Hai sahabat, ini kisahku dalam meraih gelar duniawi !
Kisah perjuanganku di kampus ungu akhirnya berakhir di tahun 2021, saat pandemi Covid masih merajalela di negeri tercinta, dan PPKM level 4 tahap kedua masih berlaku di kota ini. Suka dan duka datang silih berganti sebelum diperkenankan untuk masuk ke ruangan berukuran 3x4 meter persegi. Seakan tak percaya namun semua nyata, dua jam kemudian gelar sarjana layak untuk ku persembahkan kepada semua orang yang hidup di dunia fana ini.
Aku, sosok penuh idealis yang dari tahun awal kuliah lebih mengutamakan organisasi dibandingkan kuliah. Relasi dan diskusi menjadi makanan keseharian. Masa bodoh dengan semua materi dan tugas kuliah yang datang bejibun. Cukup ikuti kata hati dan bersiap dengan resiko yang ada. IP di atas 1.00 adalah mukjizat terindah di setiap akhir semester. Tak kupedulikan angka-angka itu, toh tetap bisa hidup dan bermain Mobile Legend di kontrakan.
Tahun berganti tahun dan satu persatu teman seangkatan sudah mulai sibuk dengan tugas akhir, dan aku tetap santai dengan keseharian. Prinsip hidup yang terpenting, biarlah mereka duluan maju, aku kan menyusul mereka pada waktu yang tepat. Namun mirisnya ada banyak pihak yang tidak senang dengan keacuhanku, hingga nasehat demi nasehat kembali ke jalan yang lurus mewarnai hari yang kian berliku.
Tahun ini tanpa disadari sudah tujuh tahun diriku berada di kampus kesehatan dengan status yang sama. Teman yang lain sudah mulai memasuki babak kesuksesan masing-masing. Bahkan sudah ada yang memiliki gelar profesi. Perjuangan menuju hari ini tidaklah mudah, mengubah angka 0.86 hingga menjadi 2.85. Tetap bertahan atas segala sindirin, bahkan mungkin ejekan dari teman seangkatan maupun adek kelas terhadap status mahasiswaku yang hampir “abadi”. Dosen pun sudah begitu hapal dengan nama dan tabiatku. Sedih namun biarkan waktu yang berbicara, penyesalan tidak akan menghasilkan sesuatu yang berfaedah.
Segala daya upaya kukerahkan agar bisa meraih gelar sarjana. Bangun pagi menjadi hambatan terbesar, gegara beberapa tahun belakangan membiasakan diri begadang hingga tak lagi bisa menikmati kokok ayam di pagi hari. Kupaksakan untuk tidak tidur malam agar bisa bangun pagi dan datang ke kampus. Belajar dengan junior agar lebih bisa memahami materi, dan tentunya selalu mengharapkan ridho orang tua untuk kesuksesanku. Toh bahagia mereka juga bahagiaku, dan kesedihan mereka juga kesedihanku.
Banyak kisah tujuh tahun ke belakang. Beberapa kali gagal dalam tes perwira polri, berperan aktif pada organisasi internal maupun internal kampus, hingga mencoba mendalami bisnis kuliner minuman sehat “Zingiber”. Semua hal itu malah menjauhkan diri dari kata sarjana. Bersyukur di tahun kelima keinsyafan diri mulai muncul, dan secara perlahan berproses hingga akhirnya namaku tertera pada SK kompre.
Andaikan bisa mengulang waktu, takkan kubiarkan lagi diri ini lengah dengan kemunafikan dunia. Banyak hal yang bisa dikejar demi kebahagian diri pribadi dan keluarga. Kisah tujuh tahun akan terpatri erat dalam ingatan dan semoga menjadi pelajaran terbaik dalam hidup. Jalan masih panjang, dan kini saatnya untuk menunjukkan pada dunia, siapa diri ini sebenarnya.
“Hari ini aku bukanlah siapa-siapa, namun sepuluh tahun mendatang aku akan berdiri sebagai perwira polri dari lulusan sarjana dan profesi !”
What's Your Reaction?