Mungkin ini alasan neraka menjadi tempat paling menyengsarakan...
Di suatu pagi yang cerah, sekitar pukul delapan dengan semangat saya berangkat ke kampus untuk menyelesaikan pekerjaan di Laboratorium S2/S3 Kimia FMIPA UGM. Pada hari itu juga saya akan mengambil hasil analisis XRD untuk material yang saya sintesis beberapa minggu lalu. Sesampainya di lab saya langsung bekerja menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kecil dan persiapan untuk sintesis di hari besok. Sekitar pukul 11.00, pekerjaan sudah hampir selesai dan saya memutuskan untuk mengambil hasil analisis XRD tersebut. Namun, ternyata hasil XRD tidak sesuai dengan yang diharapkan (baca: gagal). Saat itu juga saya merasa lemas dan tidak bersemangat. Hari itu mendadak saya membayangkan langkah-langkah panjang yang harus diulangi untuk mensintesis material yang gagal tersebut. Akhirnya saya memutuskan pulang.
Perjalanan pulang saya melewati jalan kaliurang ke arah utara. Waktu itu hari sangat terik dan sinar matahari terasa sangat panas. Dari arah selatan sebelum pom bensin, saya bisa melihat lampu lalu lintas di perempatan kentungan menyala hijau. Sayapun memacu motor Supra saya lebih kencang agar dapat melewati lampu hijau tersebut. Apesnya kira-kira 100 meter sebelum perempatan lampu berubah kuning dan kemudian menjadi merah. "Sial!" gerutu saya dalam hati. Karena sangat terik, 30 detik saja dijemur rasanya sungguh sangat tidak nyaman. Namun, dalam ketidaknyamanan itu saya menyadari satu hal: "Mungkin ini alasan neraka menjadi tempat paling menyengsarakan".
Pemikiran saya begini. Saat merasa tidak nyaman itu, saya masih bisa memikirkan untuk punya harapan bahwa paling lama 10 menit lagi saya sudah berada nyaman dikos sambil berkipas angin dan meminum es teh. Padahal itu baru 30 detik dijemur oleh cahaya matahari yang panasnya katanya hanya sebesar semut dari panasnya neraka. Itu saja sudah membuat sangat tidak nyaman. Bayangkan kita di neraka, 1 detik saja pasti sudah sangat super tidak nyaman. Namun, bukan disitu letak kesengsaraan mutlaknya. Kesengsaraan yang paling dalam adalah karena KETIADAAN HARAPAN kapan kesengsaraan itu akan berakhir. Kembali ke perempatan kentungan saat dibawah terik matahari tadi. Bayangkan saat itu tidak ada harapan bahwa 10 menit lagi ketidaknyamanan ini akan berakhir dan saya harus tetap dijemur tanpa ada harapan ini akan berakhir. Pasti sangat menyengsarakan bukan? padahal hanya dijemur di bawah sinar matahari lho! Bukan berada di neraka yang berjuta kali lebih panas.
Jadi mengapa neraka menjadi tempat paling menyengsarakan? Salah satu jawaban paling mungkin adalah karena tidak ada yang tahu (Kecuali Tuhan) kapan kesengsaraan itu akan berakhir. Bagi yang percaya hari akhir, surga-neraka, atau kehidupan setelah mati, mari berbuat baik agar kita terhindar dari neraka. Lanjut cerita, akhirnya benar 10 menit kemudian saya sudah berada di kos dan sedang berkipas angin sambil menikmati es teh. Alhamdulillah. "...maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan." (QS Ar-Rahman 13)
What's Your Reaction?